Sebuah negara memiliki kesempatan untuk menjadi makmur, jika memiliki rasio entrepreneur minimal 2%. Rasio Entrepreneur dibanding penduduk di Amerika 11%, Singapura 7%, Malaysia 5%, dan di Indonesia hanya 0,18%. Tidak mencapai 1%. Mengapa begitu, karena nasib Indonesia yang dijajah Belanda, bukan Inggris. Belanda membagi bagi masyarakat menjadi Eropa, Timur asing dan pribumi. Golongan Eropa merupakan kasta tertinggi yang menguasai sumber uang yaitu industri dan keuangan. Timur asing yaitu Tionghwa, Jepang, Arab dan Turki, menguasai dunia perdagangan perantara. Sedang pribumi dibagi dua yaitu PRIYAYI ( pegawai) dan tani tukang. Akibatnya, bagi masyarakat pribumi, menjadi priyayi yaitu pegawai negeri atau pejabat adalah tujuan utama di pikiran bawah sadarnya. Pengusaha bukanlah profesi idaman, hanya profesi sementara, sambil berharap usahanya ini bisa membuat anaknya besok menjadi priyayi.
Karena itu sangatlah penting upaya bersama untuk membuat rasio entrepreneur di Indonesia meningkat. Sehingga nantinya tidak ada lagi pemandangan di pagi hari semua berangkat kerja, dan sore semua pulang kerja.
MSO bertekad untuk bisa ikut andil membuat perubahan dengan menciptakan entrepreneur entrepreneur baru dengan cara dilatih. Dimulai dengan merubah program bawah sadarnya dari bekerja mencari uang menjadi pola pikir entrepreneurship, yaitu bekerja membangun aset.